Belajar Matematika di Era Merdeka Belajar
Kamis,
01 Juni 2023
~ Oleh Admin Muda ~ Dilihat 202 Kali
Oleh : Lili Fatmawati, S.Pd
SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang sebagai salah satu SMK Center of Excellent (CoE) dan juga SMK Pusat Keunggulan telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sejak Tahun Pelajaran 2021/2022. Hal ini berarti, Kurikulum Merdeka telah dilaksanakan pada Tingkat X dan XI, sedangkan Tingkat XII masih menerapkan Kurukulum K13 revisi. Lalu, apa perbedaan dari penerapan kedua kurikulum tersebut? Terutama dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya, dan khususnya untuk pembelajaran matematika.
Menurut Ki Hajar Dewantara “Manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri, baik lahir maupun batin, tidak bergantung kepada orang lain”. Dalam hal ini, bukan berarti bebas merdeka tanpa batas dan tidak terarah. Guru berperan penting sebagai fasilitator yang dapat membimbing dan mendampingi murid dalam proses pembelajarannya. Guru bukan lagi center atau pusat ilmu pengetahuan satu-satunya. Guru ceramah, mentransfer pengetahuan yang dimiliki, murid hanya menyimak, mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan guru ketika diberi soal. Tidak demikian, pebelajaran harus sudah berpusat kepada murid (student centered).
Pada proses belajar matematika selama ini, sering kali kita temui guru hanya menyampaikan konsep, tanpa mengaitkan dengan permasalahan kontekstual, sehingga yang terjadi murid hanya menghafalkan rumus, kemudian menggunakannya dalam perhitungan tanpa tahu apa fungsi dan manfaat dari kegiatan yang ia lakukan tersebut. Apa keterkaitan materi yang ia pelajari dengan kehidupan. Apakah itu akan berguna nantinya? Selain itu, cara belajar seperti ini tidak dapat meningkatkan kemampuan baik kognitif maupun keterampilan murid. Dari data hasil survey, lebih dari 80% murid menyampaikan bahwa matematika sulit. Hasil penilaian belajarpun menunjukkan tingkat kesalahan tinggi pada soal-soal yang telah masuk ke ranah mengaplikasikan dan menganalisis.
Tugas guru adalah mengembangkan seluruh potensi murid, yaitu kecerdasan rasa, karsa, cipta dan karya, agar murid menjadi manusia yang seutuhnya. Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, kemampuan kognitif yang kompleks, serta kemampuan sosial emosional murid. Guru berperan menghantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia yang merdeka. Di fase digital native ini, berbagai informasi dapat diperoleh dengan mudah, disinilah peran guru membimbing, mengarahkan, dan mendampingi murid agar mendapat informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Jadi, dalam pembelajaran matematika di era merdeka belajar ini, guru harus dapat mengenali karakteristik materi, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan murid. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran matematika harus relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungan. Tidak hanya sekedar hafalan dan menghitung nilai saja. Misalnya, lingkungan sekitar murid adalah kawasan home industry, maka dapat mengaitkan materi program linier untuk menganalisis kebutuhan bahan baku, menganalisis pendapatan dan keuntungan optimum, serta menganalisis kerugian, kemudian materi statistika dapat untuk menghitung rata-rata penghasilan yang diperoleh, melihat kenaikan atau penurunan pendapatan maupun produksi yang disajikan dalam bentuk diagram/grafik. Dalam hal ini, guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, dan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan murid dalam memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan kognitif yang kompleks serta meningkatkan kemampuan sosial emosional. Sehingga murid dapat berperan aktif, tercipta interaksi dan dapat berkolaborasi satu sama lain dalam memecahkan permasalahan.